Kamis, 26 Februari 2015

Tulisan ini

Tiba-tiba saja ingin menulis "ini"

Sebelumnya saya mohon maaf dari hati, jika kata-kata dalam tulisan ini ada yang menyakiti.
Tidak ada maksud apapun dari hati, hanya sekedar ingin berbagi..

Segala kesalahan adalah milik saya pribadi yang masih sangat kurang dalam mengelola emosi diri,
namun segala kebenaran adalah datangnya dari Allah SWT Maha Pencipta diri ini.

Bismillahirrahmanirrahiim...

Adalah kita yang sering menghakimi tanpa terkendali.
Berkata-kata dan kemudian menulis disana sini, 
termasuk saya sebagai pribadi.

Sudah benarkah ikhlas hati saat berkata dan menulis di sana-sini,
ataukah hanya ingin dipuji ?
Sudah benarkah kita saat menilai sebuah profesi,
ataukah malah ada kata dan tindakan kita yang menimbulkan sakit hati?
Sudah benarkah tujuan kita berdemonstrasi,
ataukah hanya karena  rasa benci yang terlalu membumbung tinggi?

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Kisah seorang guru yang menyakiti muridnya tiada henti,
lalu kita pun berkata, guru-guru saat ini tidak lagi bisa mendidik, hanya bisa menyakiti.
Apakah yang kemudian dihakimi,
guru sebagai profesi atau sebagai pribadi ?

Kisah seorang dokter yang salah ketika melakukan operasi,
lalu kita pun berkata, dokter-dokter saat ini telah melupakan sumpah dan etika, hanya mementingkan tingkat ekonomi.
Apakah yang kemudian dihakimi,
dokter sebagai profesi atau sebagai pribadi ?

Kisah seorang polisi yang terbukti melakukan korupsi hingga banyak yang merasa rugi,
lalu kita pun berkata, biasalah polisi-polisi saat ini hanya bisa menyusahkan rakyat, demi mengumpulkan materi.
Apakah yang kemudian dihakimi,
polisi sebagai profesi atau sebagai pribadi ?

Kisah seorang pemimpin yang salah dalam membuat keputusan, hingga ada pihak yang merasa tidak diadili,
lalu kita pun berkata, itulah para pemimpin masa kini,harta yang utama dan keadilan tidak lagi dipeduli.
Apakah yang kemudian dihakimi,
pemimpin sebagai profesi atau sebagai pribadi ?

Kisah seorang pengumpul sampah, yang melihat kesempatan hingga kemudian mencuri,
lalu kita pun berkata, awas mereka hanya berpura-pura mengumpulkan sampah,padahal mau mencuri.
Apakah yang kemudian dihakimi,
pengumpul sampah sebagai profesi atau sebagai pribadi ?

Kisah seorang artis di televisi yang menikah, berpisah, lalu menikah lagi,
lalu kita pun berkata, apa lagi yang bisa dilakuan artis-artis jika ingin terkenal selain membuat sensasi.
Apakah yang kemudian dihakimi,
artis sebagai profesi atau sebagai pribadi ?
....dan kemudian profesi demi profesi....

Masih ada di antara kita semua..
Guru-guru yang ikhlas mendidik, mampukah kita berempati..
Dokter-dokter yang ikhlas mengobati, mampukah kita berempati..
Polisi-polisi yang ikhlas mengabdi, mampukah kita berempati..
Pemimpin-pemimpin yang ikhlas mengayomi, mampukah kita berempati..
Para pengumpul sampah yang ikhlas membuat lingkungan kita menjadi asri, mampukah kita berempati..
Artis-artis yang ikhlas berdakwah dengan adanya bakat diri, mampukah kita berempati..

Sudah sempurnakah sebagai pribadi yang menjalankan sebuah profesi ?
Saling mengingatkan adalah yang wajib dijalani, namun menghakimi ?

Mohon maaf sekali lagi,setulusnya dari hati,jika ada yang merasa tersakiti dengan tulisan ini.
Mari bersama kita bermuhasabah diri.


-Mendy-
(Alhamdulillah..anak dari seorang guru dan dokter gigi, memiliki saudara dokter dan ahli ekonomi, istri dari seorang polisi, ibu dari seorang putri, dikelilingi keluarga besar dan para sahabat dengan berbagai profesi)